Beringin Kembar Yogyakarta
Mitos ini dihasilkan oleh sepasang beringin besar
yang tampak kembar di tengah tengah alun alun yogyakarta. Alun-alun
kidul yang selama ini dikenal dengan sebutan alkid, menjadi titik
teramai di komplek keraton yang dikunjungi wisatawan selain alun-alun
lor. Kebanyakan pelancong yang datang ke alkid, setidaknya pernah
mencoba tradisi masangin: yakni menutup mata dan mencoba berjalan untuk
melintasi celah di antara dua beringin. Jarak antara dua pohon beringin
tersebut memang cukup lebar. Namun dengan mata tertutup, untuk dapat
melintasi celah tersebut, bukan perkara mudah. Tak sedikit yang gagal,
melenceng ke arah samping atau bahkan nyasar ke jalanan yang mengitari
alkid.
![]() |
Beringin Kembar Yogyakarta via merdeka.com |
Tradisi
yang disebut Masangin itu sudah ada sejak masa-masa awal Kesultanan
Yogyakarta. Masangin biasa dilakukan tiap malam 1 suro, saat ritual Topo
Bisu dilakukan. Pada masa itu, para prajurit dan abdi dalem
mengelilingi benteng dan tidak boleh mengucap 1 kata pun. Berbaris rapi
mengenakan pakaian lengkap adat Jawa, mereka berjalan dari halaman
Kraton menuju pelataran alun-alun. Melewati kedua pohon beringin
tersebut. Berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat, merujuk pada
tradisi masangin itu, orang yang berhasil melewati beringin kembar
dengan mata tertutup berarti hatinya bersih dan lapang. Hal itu diyakini
untuk mengalap berkah dan meminta perlindungan dari banyaknya serangan
musuh. Dari situlah mitos mulai berkembang. Kalau bisa melintasi dua
pohon beringin kembar itu dengan mata tertutup, semua permintaan kita
akan dikabulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar